A. SURAT YASIN AYAT 78
Terjemah: “ dan ia membuat bagi kami satu perumpamaan; sedang ia melupakan kejadiannya; Ia berkata: “siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang padahal ia hancur luluh?”
Ayat diatas merupakan salah satu contoh dari sikap menentang serta ucapan dan bantahan pendurhaka itu. Yakni Ia menolak mempercayai adanya hari kebangkitan dan ia membuat bagi kami. Pencptaannya Yang Maha Kuasa satu perumpamaan yang sungguh aneh dan tak masuk akal menyangkut kekuasan dan kodrat kami untuk menghidupkan yang mati. Ia menyampaikan perumpamaan itu, sedang ia melupakan asal kejadian diri-Nya sendiri. Sqambil mengambil tulang belulang seorang manusia yang telah lama mati, ia meremukkannya dengan jari-jarinya sambil berkata : Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang pdahal ia telah hancur binasa?” Allah SWT Memerintahkan Nabi Muhammad SAW menjawab: katakanlah kepada berucap itu dan kepada siapa pun semacamnya bahwa ia yakni tulang belulang ini dan yang selainnya akan dihidupkan kembali untuk kedua kalinya oleh Allah SWT. Yang menciptakannya dari tiada lalu menghidupkannya pertama kali. Dan jangan duga ada sesuatu yang luput dari Allah
Kata (ramim) terambil dari kata ramama yang artinya lapuk atau hancur. Ayat di atas menjelaskan bahwa mewujudkan kembali sesuatu setelah kepunahan adalah bisa saja terjadi. Siapa yang berkuasa mewujudkan sesuatu untuk pertama kali, pasti kuasa pula mengulangi wujudnya untuk kedua kalinya, bahkan menghimpun sesuatu yang telah terpisah-pisah atau mengadakan sesuatu yang tadinya telah pernah ada, lebih mudah dari pada mewujudkannya pertama kali, karena yang kedua telah pernah ada bahannya. Walaupun bagi Allah tidak ada istilah “lebih mudah” atau “lebih sulit”. Dan jangan duga ada sesuatu yang luput dari Allah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
B. SURAT AL- ALA AYAT 16-17
Terjemah: “Bahkan kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal.”
Ayat di atas mengecam manusia secara umum dan orang-orany kafir secara khusus, sebagaimana bahwa: kamu sering kali tidak melakukan perbuatan yang membawa keberuntungan, bahkan kamu senantiasa mengutamakan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, padahal akhirat lebih baik dengan aneka kenikmatannya yang tidak terlukiskan dan lebih kekal apalagi dibandingkan dengan kehidupan dunia ini.
Kata (tu’tsirun) berasal dari kata atsara yang berarti mengambil sesuatu tanpa mengambil yang lain, sehingga terasa ada semacam penilaian keistimewaan tersendiri pada sesuatu yang di ambil itu yang tidak dimiliki oleh yang lain.
Kata (ad-dunya) terambil dari kata dana yang berarti dekat atau kata dani’ yang berarti hina.
Arti yang pertama (dana) menggambarkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan dialami sekarang. Sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan jauh dan akan datang.
Yang menggambarkan dunya terambil dari kata yang berate hina, ingin menggambarkan betapa hinanya kehidupan dunia ini, khususnya bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Manusia yang hanya memilih kenikmatan adalah mereka yang tergiur oleh kenikmatan dan keindahan yang bersifat sementara.
Kata (khair) dan (abqa) keduanya memiliki arti yang sama yaitu lebih baik. Dan keduanya memiliki bentuk superlative, sehingga memberikan kesan perbandingan dengan kehidupan duniawi bahwa surge lebih baik dan kekal disbanding dengan kenikmatan dunia. Ini berarti bahwa kenikmatan dunia pun mempunyai segi kebaikannya, namun kehidupan di akhirat jauh lebih baik dan lebih kekal.
Dunia dan alam raya seluruhnya dijadikan Allah sebagai tanda-tanda kekuasaan-nya. Dan karena dia yang menciptakan antara lain untuk menjadikan sebagai bukti atau tanda, maka tentunya Dia menjadikannya sangat indah. Allah tidak menginginkan manusia terpukau dan terpaku dalam menikmati keindahan itu. Dri sini dapat dimengerti mengapa ditemukan banyak puluhan ayat yang memperingatkan tentang hakikat kehidupan duniawi dan sifatnya yang sementara agar keindahannya tidak menghambat pengalaman menuju Tuhan.
Al-Qur’an ketika menguraikan sifat kesementaraan dunia bukan berarti meremehkan kehidupan dunia atau menganjurkan untuk meninggalnya. Tetapi mengingatkan manusia akan kesementaraan itu.
Dunia adalah arena kebenaran bagi yang menyadari hakikatnya. Ia adalah tempat dan jalan kebahagiaan bagi yang memahaminya dunia adalah arena kekayaan bagi yang menggunakannya untuk mengumpulkan bekal perjalanan menuju keabadian. Serta aneka pelajaran bagi yang merenung dan memperhatikan fenomena serta peristiwa-peristiwanya. Dan tempat mengabdi,tempat berdo’a para malaikat, tempat turunnya wahyu bagi para nabi dan tempat curahan rahmat bagi yang taat.
KESIMPULAN DAN HIKMAH
1. Allah menciptakan dunia ini hanya bersifat sementara dan ada kehidupan lain lagi setelah manusia dihidupkan lagi setelah matinya.
2. Menjadikan manusia akan selalu ingat akan tempat atau kehidupan yang lebih kekal dari pada kehidupan dunia yaitu akhirat.
3. Manusia akan semakin yakin akan ke-Esa-an Allah dan mempertebal keimanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. Tafsir AL-Misbah “ Pesan, Kesan dan Keselarasan Al-Qur’an “, vol.11. Jakarta: Letera Hati.
Shihab, M. Quraish. Tafsir AL-Misbah “ Pesan, Kesan dan Keselarasan Al-Qur’an “,vol. 15. Jakarta: Letera Hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar