Selasa, 02 Agustus 2016

KALIGRAFI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kaligrafi Islam, yang dalam juga sering disebut sebagai kaligrafi Arab, merupakan suatu seni artistik tulisan tangan, atau kaligrafi, serta meliputi hal penjilidan  yang berkembang di negera-negera yang umumnya memiliki warisan budaya Islam. Bentuk seni ini berdasarkan pada tulisan Arab, yang dalam waktu lama pernah digunakan oleh banyak umat Islam untuk menulis dalam bahasa masing-masing. Kaligrafi adalah seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa Islam, karena merupakan alat utama untuk melestarikan Al-Qur'an. Penolakan penggambaran figuratif karena dapat mengarah pada penyembahan berhala, menyebabkan kaligrafi dan penggambaran abstrak menjadi bentuk utama ekspresi seni dalam berbagai budaya Islam, khususnya dalam konteks keagamaan. Sebagai contoh, kaligrafi nama Tuhan diperkenankan sementara penggambaran figuratif Tuhan tidak diizinkan. Karya kaligrafi banyak dijadikan koleksi dan adalah hasil seni yang dihargai.
Kaligrafi Arab, Persia dan Turki Utsmaniyah memiliki hubungan dengan motif arabesque abstrak yang terdapat di dinding-dinding dan langit-langit masjid maupun di halaman buku. Para seniman kontemporer di dunia Islam menggali warisan kaligrafi mereka dan menggunakan tulisan kaligrafi atau abstraksi dalam berbagai karya seni mereka.
B.     RUMUSAN MASALAH
Makalah ini akan membahas tentang:
1.      Apa pengertian Seni Kaligrafi Islam?
2.      Bagaimana asal-usulnya?
3.      Apa saja macam-macam Seni Kaligrafi Islam?
4.      Bagaimana conto-contoh Seni Kaligrafi Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Seni Kaligrafi Islam
Berasal dari bahasa Yunani kallos berarti keindahan dan grafien sama dengan menulis. Dalam bahasa Jepang Nihongo (日本語) adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Jadi Seni Kaligrafi : seni menulis rapi dan indah, atau aksara yang sudah dibentuk dengan menekankan keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai estetika. 
Dalam kebudayaan Islam merupakan salah satu bentuk keindahan Alquran disebut seni Khath. Kaligrafi dalam bahasa kita sering diasosiasikan terhadap tulisan Arab. Padahal tidak. Semua tulisan tangan yang indah bisa disebut dengan kaligrafi. Mungkin karena bahasa indonesia yang tidak mempunyai keaksaraan yang kuat, sehingga tulisan indah dalam bahasa Indonesia hampir tidak ada (tulisan memang ada, tetapi tidak mementingkan unsur keindahan aksara).
Sejak ditemukan kertas sebagai media, kaligrafi berkembang sangat  pesat. Di Tiongkok, Jepang dan Erop misalnya, budaya menulis kaligrafi menjadi sebagai ciri khas para terpelajar. Kaligrafi mengiringi kecermelangan ilmu pengetahuan saat itu. Dengan bermodalkan sebuah kwas dan tinta, para sarjana di Tiongkok menorehkan puisi ke selembar kertas. Catatan-catatan penting di zaman Renaissance juga ditorehkan di dalam sebuah buku. Kini perkembangan tulis menulis sudah mulai bergeser. Sejak memasuki era digital –dengan diperkenalkannya sistem operasi komputer– seolah-olah kaligrafi sudah menjadi barang “jadul” nan usang. Bentuk dan ukuran huruf (font) bisa peroleh dengan menggunakan aplikasi (software) dan bisa di cetak dengan mesin (printer)
B.     Asal-Usul Kaligrafi
  • Para pakar Arab mencatat, bahwa Nabi Adam As-lah yang pertama kali mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT, sebagaiman firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 31:“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhya…“ 
  • Cerita-cerita keagamaan lainnya, misalnya saja, banyak yang percaya bahwa bahasa atau sistem tulisan berasal dari dewa-dewa
  • Muncul tafsiran-tafsiran baru tentang asal-usul tulisan indah atau kaligrafi yang lahir dari ide “menggambar” atau “lukisan” yang dipahat atau dicoretkan pada benda-benda tertentu seperti daun, kulit, kayu, tanah, dan batu. “ 
  • Pada mulanya tulisan tersebut berdasarkan pada gambar-gambar. Kaligrafi Mesir Kuno yang disebut Hieroglyph berkembang menjadi Hieratik, yang dipergunakan oleh pendeta-pendeta Mesir untuk keperluan keagamaan.
  • Dari huruf Hieratik muncul huruf Demotik yang dipergunakan oleh rakyat umum selama beberapa ribu tahun.9 Tulisan yang ditemukan 3200 SM di lembah Nil ini bentuknya tidak berupa kata-kata terputus seperti tulisan paku,10 tetapi disederhanakan dalam bentuk-bentuk gambar sebagai simbol-simbol pokok tulisan yang mengandung isyarat pengertian yang dimaksud. Kaligrafi bentuk inilah yang diduga sebagai cikal bakal kaligrafi Arab
Kaligrafi Masuk Indonesia
  • Muncul di Nusantara pada abad XIII setelah Islam berkembang 
  • Perpaduan seni Islam dengan seni tradisional Indonesia (Hindu-Buddha) 
  • Berawal di kalangan istana kemudian menyebar ke masyarakat hingga sekarang


C.    Macam-Macam Huruf Kaligrafi
Huruf kaligrafi terdiri dari macam-macam huruf diantaranya huruf Hijaiyah (Arab), huruf Latin, huruf China, huruf Jepang, huruf India, huruf Sansekerta maupun huruf Jawa, dll
Macam-Macam Gaya Tulisan Kaligrafi
Sebagai sebuah seni tulis yang bernilai seni tinggi, kaligrafi memiliki aturan dan teknik khusus dalam teknik penulisannya. Lebih lanjut, terdapat pula aturan-aturan terhadap pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga jenis pena. Secara teknis, kaligrafi juga sangat bergantung pada prinsip geometri dan aturan tentang keseimbangan. Aturan keseimbangan ini secara fundamental didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya muncul ratusan gaya penulisan kaligrafi, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini. Setidaknya ada sembilan gaya penulisan kaligrafi yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi 
  •  1. Kufi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp5cvdMj9XPkCHN2iypPjGLKEFO0pPIHw9NmMVwS03GEpf_tjRxWjUo76AH0W-nzrEwJ7zksmc3-dt_AY732AO8JliqF1E7nX_Qsv2z4zN2Hz4_BoHxt2TvZzzJ7GAB8MMHubvMvJM4M8/s1600/Picture2.jpg
Gaya penulisan kaligrafi ini banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini pertama kali berkembang di Kota Basrah dan Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya penulisan kaligrafi yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrafi Arab, Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen floral. Dari kata Kufah maka tulisan ini dikenal dengan Kufi.
2. Tsuluts
http://202.67.224.138/pdimage/20/s_641020_hadza80x40cm.jpg
 Seperti halnya gaya Kufi, kaligrafi gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazii) di masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
3. Nasakh atau Naskhi
http://4.bp.blogspot.com/-7MjVoxwarJc/UkVi-T69d9I/AAAAAAAAATM/fkwxqrB7XsE/s1600/Khat-Naskhi.jpg
Pertama kali diperkenalkan oleh seorang master kaligrafer bernama Imam Muqlah pada abad ke-10. Kaligrafi gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua.  gaya kaligrafiini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai sekarang.
Merupakan modifikasi dari Thuluth dengan memperkenalkan ukuran-ukuran yang kecil dan halus, sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca. Karena jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan ditulis, paling banyak digunakan oleh para muslim dan orang Arab di belahan dunia.
4. Ta'liq/Farisi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYhI1yXKEmXvNOzi0MMy7oBLhrS4UohjeBW9Wxq4QlIzxOrBnqE83x2dx7QiZUdbh7k7ls6o57CWsK-DP2FNBebfsO90sJ5qSw6cuHN737ChtKeiPARMNnKEaBL1zutRs_j33J5psO1Fg/s400/contoh-khat-farisi.JPG
Ta'liq artinya menggantung, karena tulisan gaya ini terkesan menggantung. Seperti tampak dari namanya, kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia (Iran).Ta'liq disebut juga Farisi, termasuk gaya tulisan yang sederhana dan digunakan sejak awal abad ke-9 dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam ‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes.




5. Ijazah (Raihani)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif9MB_dYkJWC6vh7bQwFgLVL8Yw9PX-mUeGKUesfR_JGX2HceXmStRQRP9D28mBt7ijL99VbPkjE1meLDHBssPaYQjONc0CdXYBT28jrIKaIWzfAIFWqpdphfNJQMJoSEizMi5IDocEFuh/s1600/ud7qkfdd.gif
Gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab). Huruf - hurufnya agak lebih lebar dan panjang serta ditambah dengan tanda - tanda syakal Tulisan ini adalah satu - satunya yang paling fleksibel , elastis dan mudah dibentuk untuk disesuaikan dengan tempat tanpa menhilangkan keasliannya.
6. Riq’ah
http://3.bp.blogspot.com/-4ree-5lybR4/UkWCIlltTuI/AAAAAAAAAUI/qWitkTpyEVI/s1600/Khat-Riqah.jpg
 Kaligrafi gaya Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.

7. Diwani
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWV28NFMExMrfcDC-NmsTeWSA7FMw806z1b0RwUtB6k5J4Qpivn9Y4q8wRUrRJQ-qS_dsx8sOaM3dlfsdPE8ribQo5drO4s2Ifl8BRD2KrrixyFOlQajqd4dFoZJU5Qiqh1-7Xt4bXFxY/s320/diwani.png
 Gaya kaligrafi Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
8. Diwani Jali

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgUiwOvwNjY9P7QpZ_HKocC123MndeXqx6z0aD0W7-diX7LppSNP0coOqbvoodGATW5_H0VcclWxnwxTep7AQ9e3gsGCKp5QGSxDM9oqJ7E5__HLNHj3xHVygFQ6f5mWhkfpZ-LqWk6xYB/s200/_DSC3423.jpg
Kaligrafi gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias.
9. Moalla
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWv_kgFYVov2jwEfDdekhot6FjD7WDTyUDqt5rzlNb9Ikso4zenxbwOPcy_xdK6vlHhMBiA3eOw-85pM8Tpw14MFF2f-HlGYTkIlF-AxsA40q3SIvtVAv5ZR1KCN9E9Ub7uP4TCqiCU54/s1600/MoallaKaligrafi.jpg
Walaupun belum cukup terkenal, gaya kaligrafi Moalla merupakan gaya yang tidak standar, dan tidak masuk dalam buku panduan kaligrafi yang umum beredar. Meski tidak begitu terkenal, kaligrafi ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrafi dalam wikipedia Arab, tergolong bagian kaligrafi jenis yang berkembang di Iran. Kaligrafi ini diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer kelahiran Teheran.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Seni Kaligrafi merupakan seni menulis rapi dan indah, atau aksara yang sudah dibentuk dengan menekankan keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai estetika. Dalam kebudayaan Islam merupakan salah satu bentuk keindahan Alquran disebut seni Khath. 
Seni kaligrafi islam mempunyai gaya tersendiri diantaranya macamnya yaitu Kufi, Tsuluts, Nasakh atau Naskhi,Ta’liq/Farisi,Ijazah (Raihani), Riq’ah, Diwani, Diwani Jali, Moala.





DAFTAR PUSTAKA

https://ustadchandra.wordpress.com/2011/03/17/kaligrafi-khat-kufi/4465695280_32a064469b_z/

Jumat, 27 Januari 2012

A. SURAT YASIN AYAT 78


Terjemah: “ dan ia membuat bagi kami satu perumpamaan; sedang ia melupakan kejadiannya; Ia berkata: “siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang padahal ia hancur luluh?”

Ayat diatas merupakan salah satu contoh dari sikap menentang serta ucapan dan bantahan pendurhaka itu. Yakni Ia menolak mempercayai adanya hari kebangkitan dan ia membuat bagi kami. Pencptaannya Yang Maha Kuasa satu perumpamaan yang sungguh aneh dan tak masuk akal menyangkut kekuasan dan kodrat kami untuk menghidupkan yang mati. Ia menyampaikan perumpamaan itu, sedang ia melupakan asal kejadian diri-Nya sendiri. Sqambil mengambil tulang belulang seorang manusia yang telah lama mati, ia meremukkannya dengan jari-jarinya sambil berkata : Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang pdahal ia telah hancur binasa?” Allah SWT Memerintahkan Nabi Muhammad SAW menjawab: katakanlah kepada berucap itu dan kepada siapa pun semacamnya bahwa ia yakni tulang belulang ini dan yang selainnya akan dihidupkan kembali untuk kedua kalinya oleh Allah SWT. Yang menciptakannya dari tiada lalu menghidupkannya pertama kali. Dan jangan duga ada sesuatu yang luput dari Allah

Kata (ramim) terambil dari kata ramama yang artinya lapuk atau hancur. Ayat di atas menjelaskan bahwa mewujudkan kembali sesuatu setelah kepunahan adalah bisa saja terjadi. Siapa yang berkuasa mewujudkan sesuatu untuk pertama kali, pasti kuasa pula mengulangi wujudnya untuk kedua kalinya, bahkan menghimpun sesuatu yang telah terpisah-pisah atau mengadakan sesuatu yang tadinya telah pernah ada, lebih mudah dari pada mewujudkannya pertama kali, karena yang kedua telah pernah ada bahannya. Walaupun bagi Allah tidak ada istilah “lebih mudah” atau “lebih sulit”. Dan jangan duga ada sesuatu yang luput dari Allah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

B. SURAT AL- ALA AYAT 16-17

Terjemah: “Bahkan kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal.”

Ayat di atas mengecam manusia secara umum dan orang-orany kafir secara khusus, sebagaimana bahwa: kamu sering kali tidak melakukan perbuatan yang membawa keberuntungan, bahkan kamu senantiasa mengutamakan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, padahal akhirat lebih baik dengan aneka kenikmatannya yang tidak terlukiskan dan lebih kekal apalagi dibandingkan dengan kehidupan dunia ini.

Kata (tu’tsirun) berasal dari kata atsara yang berarti mengambil sesuatu tanpa mengambil yang lain, sehingga terasa ada semacam penilaian keistimewaan tersendiri pada sesuatu yang di ambil itu yang tidak dimiliki oleh yang lain.

Kata (ad-dunya) terambil dari kata dana yang berarti dekat atau kata dani’ yang berarti hina.

Arti yang pertama (dana) menggambarkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan dialami sekarang. Sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan jauh dan akan datang.

Yang menggambarkan dunya terambil dari kata yang berate hina, ingin menggambarkan betapa hinanya kehidupan dunia ini, khususnya bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Manusia yang hanya memilih kenikmatan adalah mereka yang tergiur oleh kenikmatan dan keindahan yang bersifat sementara.

Kata (khair) dan (abqa) keduanya memiliki arti yang sama yaitu lebih baik. Dan keduanya memiliki bentuk superlative, sehingga memberikan kesan perbandingan dengan kehidupan duniawi bahwa surge lebih baik dan kekal disbanding dengan kenikmatan dunia. Ini berarti bahwa kenikmatan dunia pun mempunyai segi kebaikannya, namun kehidupan di akhirat jauh lebih baik dan lebih kekal.

Dunia dan alam raya seluruhnya dijadikan Allah sebagai tanda-tanda kekuasaan-nya. Dan karena dia yang menciptakan antara lain untuk menjadikan sebagai bukti atau tanda, maka tentunya Dia menjadikannya sangat indah. Allah tidak menginginkan manusia terpukau dan terpaku dalam menikmati keindahan itu. Dri sini dapat dimengerti mengapa ditemukan banyak puluhan ayat yang memperingatkan tentang hakikat kehidupan duniawi dan sifatnya yang sementara agar keindahannya tidak menghambat pengalaman menuju Tuhan.

Al-Qur’an ketika menguraikan sifat kesementaraan dunia bukan berarti meremehkan kehidupan dunia atau menganjurkan untuk meninggalnya. Tetapi mengingatkan manusia akan kesementaraan itu.

Dunia adalah arena kebenaran bagi yang menyadari hakikatnya. Ia adalah tempat dan jalan kebahagiaan bagi yang memahaminya dunia adalah arena kekayaan bagi yang menggunakannya untuk mengumpulkan bekal perjalanan menuju keabadian. Serta aneka pelajaran bagi yang merenung dan memperhatikan fenomena serta peristiwa-peristiwanya. Dan tempat mengabdi,tempat berdo’a para malaikat, tempat turunnya wahyu bagi para nabi dan tempat curahan rahmat bagi yang taat.

KESIMPULAN DAN HIKMAH

1. Allah menciptakan dunia ini hanya bersifat sementara dan ada kehidupan lain lagi setelah manusia dihidupkan lagi setelah matinya.

2. Menjadikan manusia akan selalu ingat akan tempat atau kehidupan yang lebih kekal dari pada kehidupan dunia yaitu akhirat.

3. Manusia akan semakin yakin akan ke-Esa-an Allah dan mempertebal keimanannya.

DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish. Tafsir AL-Misbah “ Pesan, Kesan dan Keselarasan Al-Qur’an “, vol.11. Jakarta: Letera Hati.

Shihab, M. Quraish. Tafsir AL-Misbah “ Pesan, Kesan dan Keselarasan Al-Qur’an “,vol. 15. Jakarta: Letera Hati.